2 bulan yang lalu aku membeli seekor kelinci jantan. Diberi nama Inci dari dasar kata Kelinci. Umurnya kira-kira baru sebulan. Mukanya lucu sekali. Warna bulunya putih abu-abu. Yang membuatku falling in love at first sight itu karena telinganya. Telinga kiri warna putih, telinga kanan abu-abu.
Awalnya mau beli sepasang, jantan dan betina. Berharap suatu saat nanti ia bisa berkembang biak. Tapi berhubung baru pertama kali ini coba memelihara kelinci, jadinya cuma membeli satu ekor dulu. Takut nanti kelincinya tak terawat dengan baik. Kasihan kan kalau baru dirawat seminggu lantas mati. Masalahnya kelinci itu hewan yang sangat sensitif. Mudah stres dan masuk angin. Untuk itu butuh perhatian ekstra untuk dapat menjadikannya hewan peliharaan.
Benar-benar beruntung karena kelinci satu ini tidak rewel. Selalu sehat, nafsu makannya juga sangat besar. Bahkan bisa dikatakan rakus. Makannya tak pernah berhenti. Sampai-sampai tetangga depan rumah yang ikut-ikutan memelihara kelinci berpikir bahwa si kelinci diberi vitamin penambah nafsu makan.
Tapi itulah sifat dasar kelinci. Doyan makan. Makanya cepat gendut. 🙂 Syukur alhamdulillah jika kelinciku rakus. Itu artinya dia sehat. Tapi konsekuensinya adalah buang airnya itu. Pipisnya bisa sampai 3 kali sekali pipis. Itupun pipisnya tiap sejam sekali. Jika mau pipis, si kelinci berputar-putar dulu di pinggir keranjangnya sambil menyudutkan bokong. Mencari posisi yang pas dulu kali ya. Setelah pipis pertama, si kelinci akan memutar bokongnya lagi ke sisi lain lalu pipis, setelah pipis kedua, ia memutar bokongnya lalu pipis lagi. Tingkahnya lucu sekali.
Bahagia rasanya jika melihat si kelinci berlarian kesana kemari, berloncat-loncatan dan berdiri dengan dua kaki belakangnya. Jika minta makan, dia akan berdiri menggapai-gapai seseorang di dekatnya yang sedang duduk atau memegang sesuatu. Jika ada yang sedang menelepon, si kelinci juga ikut mencari perhatian dengan memanjat dan duduk di pangkuan. Semua tingkah dan kelucuannya selalu saja membawa kehangatan di dalam rumah.