Bisa Nggak Ya ?

Dia ngerti apa yang aku pengen tanpa aku ngomong.

Dia tau apa yang ada di hati aku tanpa aku bilang.

Bisa nggak sih

Dia ngebaca apa yang ada di pikiran aku selama ini

Dia nebak apa yang ada di bilik hatiku saat ini

Tanpa aku bilang,

Tanpa aku ngomong

Hanya dengan baca gelagatku saja,

Hanya dengan liat gestureku saja

Bisa nggak sih ?

Pengennya tanpa banyak meminta, dia banyak memberi

Maunya tanpa banyak berkata, dia banyak mengerti

Egois nggak seeh aku ini ???  😦

Published in: on 22 Juni 2009 at 8:38 pm  Comments (1)  

Males tugas di pameran

Besok ada pameran di CCC. Marketing nggak ada, teknisi juga nggak ada. Payah !!! Pameran kali ini benar-benar payah. Dua penggerak penting dalam pelaksanaan pameran nggak ada. Haruskah aku yang turun tangan ??? Hiks … masa’ mesti aku sih ??? Nggak mau …

Pokoknya nggak mau ikut handle pameran. Waktuku akan banyak tersita. 2 days week end juga nggak bakal bisa nyantai. Huwaaaa … help me somebody !!! Apa mesti bikin alasan aja yah biar nggak ditugasin disana ? heheh … Kira-kira alasan apa yah ?

Pertama

Bilang ke bos kalo tiba-tiba mesti keluar kota. Musti dan kudu ngewakilin ortu di acara hajatan. Alasannya bakal diterima gak ya ?

Kedua

Pura-pura sakit. Tiba-tiba musti diopname di rumah sakit. Alasan yang ini pasti bakalan diterima. Cuman takut aja ama karma. Gimana kalo ntar beneran sakit ? Bukannya diopname malahan langsung dioperasi apa … gitchu. Hiy … atut. Nggak ah. Jangan alasan yang ini.

Ketiga

Bilang aja kalo nggak bisa ikutan gara-gara nggak dibolehin pulang malam ama mama. Pamerannya kan mesti pulang malem tuh. Selesainya sampe jam 10 malam. Heheh … lebay nggak seh ? alasan yang ini mah totally nggak bakalan diterima.

Keempat

Tiba-tiba ngambil cuti di jadwal yang sama. Hihihi … alasan yang jempolan. Bilang aja lagi ada acara keluarga. Ada lamaran gitcu … maksudnya … aku yang mau dilamar. Heheh … pasti nggak bakal ditolak deh ijin cutinya. Lumayan kan … sambil menyelam minum air. Sambil terbebas dari tugas pameran, menyelam dalam doa moga secepatnya dilamar. Wkwkwkwk. 😉 *ngarep mode on*

Published in: on 8 Juni 2009 at 10:54 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Can’t Stop Thinking Of Him

Saat hati sedang rindu, benar-benar nggak bisa lupa. Kerjaannya cuma mikirin dia melulu. Mikirin dia lagi ngapain jam segini, ama siapa, wonder if he think of me also. Hihihi … ini lagi rindu atau lagi nggak ada kerjaan aja sih ? Ngelamun mulu. 🙂

Saat sedang ada masalah dengan dia. Kerjaannya juga cuma mikirin dia melulu. Ada job dari bos pun, bakal ditunda dulu deh. Pasti lebih mentingin mikirin perasaan yang lagi nggak karuan karena lagi ada problem. Makan nggak enak, tidurpun nggak nyenyak. Halah … lebay !!!

Saat baru saja ngalamin hal yang indah atau romantis bareng dia. Jadinya nggak pengen tidur cepat malam ini. Pengennya cuma ingat kejadian yang barusan dialamin sambil mikirin … bakalan kejadian lagi nggak ya ? Huahaha … yang lagi kasmaran. Nggak bakalan bisa stop deh mikirin dia.

Published in: on 8 Juni 2009 at 3:46 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Tepat jam 10 pagi

Hari ini ayah dari Di akan dioperasi. Kami semua yang hadir di kantor hari ini turut mengirimkan doa semoga operasinya berjalan dengan lancar dan semoga kesembuhan serta merta mengiringi. Semoga pasca operasi kesehatan sang ayah dapat pulih seperti sedia kala. Amin.

“Allohumma Robbannaas azhibil ba’sa isyfihi wa antasy syaafi laa syifaa’an illa syifaa’uka syifaa’an yaa yughoodiru saqoma”

(Ya Allah Robb sekalian manusia, hilangkanlah kesengsaraan ini dan sembuhkanlah ia. Karena sesungguhnya Engkau Maha Penyembuh dan tidak ada kesembuhan melainkan hanya dari-Mu yaitu kesembuhan yang tidak meninggalkan penyakit lagi.)

Published in: on 5 Juni 2009 at 5:41 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Emang nggak ngerti yah ?

Kalo telepon tiga kali berturut-turut nggak diangkat berarti :

Satu :

Yang punya telepon lagi sibuk, nggak sempat terima telepon

Dua :

Yang punya telepon lagi nggak ditempat, maybe lagi mandi or something else to do in bathroom.

Tiga :

Telepon ketinggalan di rumah, or somewhere else

Kalo telepon or sms tiga hari berturut-turut nggak direspon berarti :

Satu :

Yang punya telepon merasa nggak punya kepentingan ama yang nelepon, jadi merasa nggak perlu buat diterima atau dibalas.

Dua :

Yang punya telepon lagi nggak mood terima telepon dari kamu, jadinya call kamu dianggurin.

Tiga :

Yang punya telepon nggak mau berhubungan dengan kamu lagi, selamanya, jadinya call and sms kamu dicuekin.

Bisa ngerti nggak sih kalo banyak kondisi di atas bisa bikin kamu stop calling ? Nggak bisa ngerti yah kalo kamu tuh ngebetein and also annoying ? mesti nggak sih aku ngasih kata-kata yang nggak seharusnya hanya buat kamu bisa ngerti ? we don’t even have any chemistry. We don’t even ever see each other. We don’t even know each other. So stop saying that you really care about me. It doesn’t impress me much, you know ?

Arrrrggghhhhhh … STOP CALLING ME !!!!!!! *black list … black list … i really need it*

Published in: on 5 Juni 2009 at 5:23 pm  Tinggalkan sebuah Komentar  

Hari yang penuh dengan ladang amal

Hari ini merupakan hari yang sangat tak biasa buatku. Ada beberapa hal terjadi seakan menyinggung urat syaraf keikhlasanku.

Kesempatan pertama. Pagi hari dimulai dengan menyaksikan seorang bapak pedagang sayur yang menggandeng begitu banyak sayuran di atas sepeda motornya dengan beban yang tak dapat kuperkirakan seberapa beratnya. Aku yang kebetulan berada tepat di belakang pedagang itu, dari jarak beberapa meter sudah mulai menyadari bahwa sepeda motor bapak itu mulai oleng ke kanan. Aku sadar bahwa bapak pedagang itu sedang berusaha dengan sekuat tenaga menahan keseimbangan. Namun tenaganya yang tak seberapa perlahan-lahan membuat muatan dagangannya oleng ke kanan dan akhirnya terjatuh.

Aku yang pada saat itu tepat berada di belakangnya hanya mampu melihat tanpa dapat berbuat apa-apa. Aku yang pada saat itu sempat mengemudikan kendaraanku dengan perlahan, hanya mampu berlalu tanpa sanggup menolong, bahkan tanpa sempat menyaksikan apa yang terjadi selanjutnya. Menatap ke kaca spion pun tidak. Hanya untuk sekedar memastikan apakah bapak itu mendapatkan pertolongan dari orang lain atau tidak.

Sungguh hati ini tak memiliki rasa dan jiwa besar untuk sekedar menolong. Kalaupun tak sanggup menolong setidaknya aku bisa sekedar memberi perhatian dengan berhenti sebentar dan menanyakan keadaannya. Andai saja saat itu tak ada hati kecil yang berkata “Sudahlah, beban berat seperti itu, wanita mana yang sanggup menolong. Biarkan saja pria bertenaga kuat yang menolongnya”. Atau “Hei, sekarang sudah jam berapa ? Kalau kamu berhenti untuk membantunya, kamu akan terlambat tiba di kantor. Selama ini kamu selalu tiba tepat waktu bukan ?”. Akhirnya akupun berlalu dengan rasa penyesalan yang berkecamuk di dalam dada. Andai saja ….

Kesempatan kedua. Saat berlalu di sebuah perempatan, ada seorang anak berseragam SMP melambaikan tangannya. Sepertinya sedang berusaha menghentikan kendaraan yang lewat untuk menumpang. Awalnya aku pikir ia sedang menghentikan sebuah kendaraan umum yang lewat. Tapi ternyata tidak. Ia berusaha menghentikan kendaraanku untuk menumpang ke arah yang sedang kutuju.

Dan apa yang terjadi ? Lagi-lagi aku melewatkan kesempatan untuk menuai amal. Lagi-lagi aku hanya berlalu tanpa sedikitpun menoleh atau sekedar tersenyum padanya menunjukkan permintaan maafku karena tak dapat mengijinkannya menumpang. Lagi-lagi hati kecil meracuni pikiranku dengan berkata “Jangan-jangan ntar aku dirampok ama anak kecil itu. Sekarang kan lagi banyak modus operandi seperti itu. Pura-pura menumpang tapi ternyata tujuannya untuk merampok. Seram ah !!!”

Well, kekhawatiranku sungguh tak salah. Tapi … hellooooo … ini anak kecil, masih SMP, yang ada masih ingusan. Lagian juga kalaupun ngerampok, tenaganya lebih kuat mana ? Aku atau dia ? Ya sutralah … udah lewat ini. Nggak mungkin juga aku mutar balik lagi dan ngijinin dia menumpang. Bakalan telat lah tiba di kantor. Yah … lagi-lagi, kesempatan terbuang percuma.

Kesempatan ketiga. Saat makan di sebuah warung makan, ada dua orang anak kecil masuk dan mengambil tempat duduk tepat di depan mejaku. Beberapa menit kemudian pelayan menyajikan satu mangkok bakso. Kemudian salah satu anak yang badannya lebih besar mulai menyantap hidangan tadi. Awalnya kupikir mereka berdua bersaudara, yang berbadan besar adalah sang kakak, dan yang berbadan kecil adalah sang adik. Ternyata aku keliru. Mereka bukan kakak adik melainkan teman bermain.

Yang membuatku bingung, si adik besar asyik menikmati baksonya tanpa menawari si adik kecil. Aku kasihan melihatnya. Tapi aku pikir mungkin pesanan si adik yang satu ini belum datang. Jadi aku melanjutkan makan sambil memperhatikan mereka berdua. Beberapa saat kemudian aku perhatikan, kok pesanan adik ini belum datang-datang ya ? Padahal makananku saja udah hampir habis.

Iseng aku tanya, ternyata yang bermaksud makan di warung itu hanya adik besar tadi, sedangkan si adik kecil hanya menemani. Tau begitu, aku nawarin si adik untuk pesan satu mangkuk lagi buat dia sendiri. Soalnya aku kasihan liat dia cuma duduk di kursi hanya memperhatikan orang lain sedang makan. Tapi si adik kecil menolak dengan senyum yang malu-malu. Beberapa kali kudesak tapi tetap saja tidak mau. Akhirnya si adik besar selesai makan, si adik kecil hanya memandangi saja dan keduanya berlalu pulang.

Setelah mereka pergi aku mulai berpikir, kok aku nggak keukeh sih nawarin tadi ? aku kan tau kalo adik kecil tadi nolak bukan karena nggak mau, tapi karena malu ? mestinya aku sendiri yang panggil pelayan dan pesan satu mangkok lagi buat dia. Bukannya malah nyuruh adik kecil itu yang pesan sendiri. Kok aku bego banget sih ?

Mungkin hati ini belum cukup ikhlas untuk berbuat baik. Jadinya yang muncul bukan kesan baik hati, malahan jadinya kesan pamer. Duh … hati ini mesti lebih sering dibersihin deh … setan jahatnya masih lebih kuat dibandingin malaikat sucinya.

Published in: on 4 Juni 2009 at 8:28 pm  Tinggalkan sebuah Komentar